Malam Menakutkan | Sedekah Bumi

Sedekah Bumi - Malam Menakutkan



Pada Agustus 1960, kala itu saya di Jakarta di Jalan Sumbing tengah berstatus tahanan rumah. Sesuai status, lingkaran kEbebasan saya hanya sebatas halaman rumah. ”“Suatu petang dan malam yan sarat kejenuhan, saya bersama-sejumlah teman yang berstatus sama, keluar rumah sejak Mahgrib hingga jam 10 malam; hanya sekedar berjalan santai menelusuri trotoar pinggir kali (Pasar rumput) menyaksikan keramaian malam. *Begitu pulang, pembantu memberi. tahu, bahwa tadi, seorang polisi berselempang kuning datang menanyakan Sdr. "Aming".

Malam itu, karena merasa melanggar, pikiran hanya terarah: ”Besok saya akan dijebloskan kembali ke penjara”. Menjelang tengah malam, di tempat tidur, pikiran saya kusut, tidak menentu ; sementara teman-teman lainnya berunding diruang belakang. Kala itu, saya ingat Firman: " kepada Tuhanmu mengadulah!”; H-i-bju elu g'“) ; saya pun berwudhu, lalu shalat Isya dan Istikharah (mengharap hidayah). Sebelum tidur, seorang teman memberitahu bahwa atas putusan rapat: ”Besok, sebelum Polisi yang bertugas itu melapor, kita harus lebih dulu datang ke PEPERTI (Penguasa Perang Tertinggi);

meminta maaf". ...... Atas putusan mereka saya bersikap diam, tak bereaksi.

Pagi-pagi sekali, usai shalat shubuh teman-teman sudah siaP berangkat menuju PEPERTI, sementara saya tidak ikut; saya berdiam di rumah. *Esok harinya, sekitar jam 3 petang, mereka pulang dan memberitahu, bahwa ”persoalan mereka sudah beres"; juga

mereka menganjurkan agar saya secepatnya melapor dengan meng” 151 formullr pengakuan bersalah"; seperti yang mereka lakukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Sedekah Bumi

Sama-sama terkesima | Sedekah Bumi